Motivasi adalah proses yang memberi
semangat,arah,dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama.
Perspektif Tentang
Motifasi
·
Perspektif Behavioral,
menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Intensif adalah peristiwa
atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku berikut.
·
Perspektif Humanitis,
menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan
untuk memilih nasib mereka.
·
Perspektif Kognitif,
pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar
pada motivasi menurut perspektif kognitif. Minat ini berfokus pada ide-ide
sepertivmotivasi internal murid untuk mencapai sesuatu,atribusi mereka dan
keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara
efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan
tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
·
Perspektif Sosial,
motof untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan
pembentukan, pemeliharan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.
Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan
waktu bersama teman, kawan dekat, keterkaitan mereka dengan orangtua, dan
keinganan untuk menjalin hubungan
positif dengan guru.
Motivasi
untuk meraih sesuatu
Motivasi
ekstrinsik adalah melakukan sesuau untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motvasi
ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar kerasmenghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang bagus.
Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu
demi sesuatu itu sendiri. Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian
karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.
Proses
Kognitif Lainnya
Teori
Atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerjanya
sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya.
Atribusi adalah sebab-sebab yang dianggap menimbulkan hasil. Misalnya, murid
sekolah menengah mengatakan, “ mengapa saya mendapatkan niali tidak bagus dalam
pelajaran ini?” atau “ apakah saya mendapatkan nilai baik karena saya belajar
keras atau karena testnya dibuat mudah oleh guru, atau karena keduanya?”
pencarian seab-sebab atau penjelasan ini lebih mungkin akan muncul jika
kejadian yang tidak diduga atau kejadian yang penting berakhir dengan kegegalan,
seperti murid pandai mendapat nilai buruk.
Bernard Weiner mengidentifikasikan 3
dimensi atribusi kasual:
1. Lokus.
Persepsi murid tentang kesuksesan atau kegagalan sebagai akibat dari factor
internal atau eksternal yang memengaruhi harga diri murid. Murid yang
menganggap kesuksesan mereka sebagai akibat pengaruh dari dalam dirinya sendiri
akan lebih mungkin untuk memiliki penghagaan terhadap diri yang lebih tinggi
ketimbang murid yang menganggap kesuksesan mereka sebagai akibat dari factor
eksternal, semisal keberuntungan.
2. Stabilitas.
Persepsi murid terhadap stabilitas dari suatu sebab yang memengaruhi ekspetasi
kesuksesannya. Jika dia menisbahkan hasil positif sebab yang stabil, maka dia
akan memperkirakan keberhasilan dimasa depan.
3. Daya
Kontrol. Persepsi murid tentang daya kontrol atas suatu sebab berhubungan
dengan sejumlah hasil emosional seperti kemarahan, rasa bersalah, rasa
kasihan,dan malu. Ketika mereka menganggap bahwa mereka dirintangi untuk meraih
sukses yang eksternal yang dapat dikontrol orang lain, maka mereka akan menjadi
marah.
Motivasi untuk
menguasai
Para
priset menyebut penguasaan ini sebagai salah satu dari tiga tipe orientasi
prestasi: penguasaan, tak berdaya dan kinerja.
Carol
Dweck dan rekannya telah menemukan bahwa anak menunjukkan dua respons berbeda
terhadap tantangan atau situasi yang sulit: prientasi untuk menguasai atau
orientasi tak berdaya.
Anak dengan orientasi untuk menguasai akan focus
pada tugas ketimbang pada kemampuan meeka, punya sikap positif dan meningkatkan
strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Murid yang
berorientasi penguasaan ini sering kali menyuruh diri mereka sendiri untuk
memperhatikan,berpikir cermat, dan mengingat strategi yang sukses dimasa lalu. Orientasi Tak Berdaya berfokus pada
ketidakmampuan personal mereka, sering kali mereka mengatributkan kesulitan
mereka pada kurang ya kemampuan, dan menunjukkan sikap negative. Orientasi ini
melemahkan kinerja mereka. Orientasi
Kinerja yang berarti lebih
mementingkan hasil ketimbang proses. Bagi murid yang berorientasi kinerja atau
prestasi, kemenangan atau keberhasilan itu penting dan kebahagiaan dianggap
hasil dari kemenangan atau keberhasilan.
Motivasi, Hubungan, dan Konteks Sosial
Motif
sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan
dunia sosial. Perhatian terhadap motif sosial muncul dari katalog kebutuhan
dengan dunia sosial.
Hubungan Sosial, hubungan murid dengan
orangtua, teman sebaya, kawan, guru,mentor,dan orang lain, dapat memengaruhi prestasi
dan motivasi sosial mereka.
Orang
Tua, studi tersebut mengkasi karakteristik
demografi, praktik pengasuhan anak, dan
provisi pengalaman spesifik dirumah. Demografis, orang tua dengan pendidikan yang lebih tingi akan lebih
mungin percaya bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah penting.
Prestasi murid dapat menurun apabila mereka tinggal dalam keluarga single
parent, tinggal bersama orang tua yang waktunya dihabiskan untk bekerja dan
tinggal dalam keluarga besar. Praktik
Pengasuhan Anak, ada 3 praktik
parenting positif yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi : 1. Mengenak
betul anak dan memberi tantangan dan dukunagn dalam kadar yang cepat. 2.
Memberikan iklim emosional yang positif yang memotivasi anak untuk
menginternalisasikan nilai dan tujuan orangtua. 3. Tujuan menjadi model
perilaku yang memberi motivasi bekerja keras dan gigih mnghadapi tantangan. Provisi pengalaman spesifik dirumah, orang
tua dapat memberikan pengalaman spesifik dirumah untuk membantu murid menjadi
lebih termotivasi. Membaca buku untuk anak prasekolah dan memberi materi bacaab
dirumah akan memberi efek positif pada prestasi dan motivasi membaca anak.
Teman
sebaya, teman sebagay dapat mempengaruhi
motivasi anak melalui perbandinga nsosial, competensi dan motivasi sosial.
Murid dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya mereka secara
akademik dan sosial. Dibandingkan anak kecil, remaja lebih mungkin melakukan
perbandingan sosial, walaupun remaja lebih gampang menyangkal bahwa mereka
membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.
Guru,
banyak anak yang tidak bagus belajarnya
disekolah punya hubungan negative dengan gruu mereka. Mereka sering kali
mengalami masalah karena misalnya, tidak mengerjakan tugas, tidak
memperhatikan, atau karena bikin onar. Dalam banyak kasus, mereka pantas
ditegur dan dihukum tetapi sering kali situasi kelas menjadi sangat tidak
menyenangkan bagi mereka.
Guru
dan Orang Tua, peran penting orangtua dalam perkembangan
murid dan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak mereka. Ketika guru secara sistematis dan kerap
memberi informasi kepada orangtua tentang kemajuan anak mereka dan membantu
mereka terlibat dalam aktifitas pembelajaran anak, maka anak mereka sering kali
dapat meningkatkan prestasi akademiknya.
Konteks
Sosial Kultural, status sosioekonomi, etnis, dan gender mempengaruhi
motivasi dan prestasi anak. Keyakinan yang berkaitan dengan soal kompetensi
yang dianut murid pria dan wanita berbeda beda menurut konteks prestasi.
Misalnya, murid lelaki lebih punyan keyakinan kompetensi yang lebih tinggi
ketimbang murid wanita dalam pelajaran matematika dan olahraga, sedangnkan
murid perempuan lebih bahsa inggris,dan membaca, dan aktivitas sosial.
0 komentar:
Posting Komentar